March 15, 2013

Can't Think without It


Ini dia benda kesayangan yang nggaaakkk bisa lepas benget dari kepala, saat aku bekerja. Tanpanya aku tidak bisa berpikir dengan benar, tidak bisa bekerja dengan benar. Benda ini bisa membuatku berada di duniaku sendiri, menjauhkanku dari kebisingan luar, membuatku lebih konsentrasi.




(abaikan mejaku yang berantakan)

Keburukan benda ini, kadang ia menjauhkanku dari teman-teman, membuatku ketinggalan berita terbaru (untungnya kalo gosip masih selalu yang terdepan. ekekekeke..)

Sudah 3 kali ganti Headset, bahkan aku masih inget semua harga Headset yang aku beli. Yang pertama berwarna hitam harganya 35rb, suaranya nggak terlalu oke. Yang kedua seharga 45rb, suaranya sudah lumayan oke, bass luamayan, sayang kalau dipakai telinga suka sakit karena terlalu menekan. Dan yang terakhir yang ini, harga 50rb, tapi kualitas sumper sekali. Love my last headset very much. Ekekekek...

*sumpah postingan yang sangat penting :p

March 14, 2013

Masih tentang Jodoh

Teringat pembicaraan malam itu, saat seorang sahabat curhat tentang ke-kepo-an seorang Ibu yang tidak dikenal tentang status pernikahannya. Suatu hari saat temanku sedang menjenguk kenalannya di rumah sakit, dia ngobrol dengan penjenguk-penjenguk yang lain. Saat itulah duduk seorang ibu yang tak dikenal disebelahnya. Di tengah-tengah pembicaraan si Ibu ini bertanya "sudah umur berapa Mbak?" Meskipun jengkel dengan pertanyaan yang sangat pribadi, temanku menjawab dengan sopan. Setelah itu, si Ibu Kepo masih bertanya "Sudah menikah?" Yess, I know pertanyaan sensitif bagi perempuan seumuran kami. Dan dengan kejengkelan tingkat dewa dia masih menjawab dengan sopan "Belum Bu" dan ibu itu pun menjawab "Walaaahh, nunggu apa lagi Mbak? Sudah waktunya" dengan sedikit bangga temanku pun menjawab "Tinggal menunggu waktu kok Bu, sudah ada calonnya" Temanku berpikir untung sudah ada calon, gimana kalo belum masa bilang "belum ada yang mau?" Dan saat temanku bercerita padaku aku pun menjawab "kalo aku yang ditanya, aku bilang begitu. Lhawong kenyataannya begitu"

Bagi orang-orang tertentu, perempuan ataupun laki-laki yang tak kunjung menikah di "usia yang seharusnya sudah menikah", adalah orang-orang yang tidak memikirkan pernikahan. Di dalam kasusku dan kasus teman-temanku, tidak seperti itu. Kami justru orang-orang yang sangat memikirkan pernikahan. Bagaimana tidak memikirkan pernikahan, jika setiap saat semua orang menanyakan hal itu? "Kapan menikah? Mana undangannya? Mana calonnya? Mana anaknya? -___- Sudah nggak usah pilih-pilih. Kapan nyusul?" (kalo pertanyaan yang terakhir selalu kujawab "nyusul kemana?").

Di dalam kasusku dan kasus teman-temanku, kami hanyalah high quality jomblowati yang belum menemukan belahan jiwanya (saaaahhh). Kami memikirkan tentang pernikahan, kami juga memikirkan tentang membangun sebuah keluarga yang happy ever after, tapi kami hanya belum menemukan partner kami. Bagi orang-orang tertentu, kami ini adalah perempuan-perempuan yang lebih mementingkan karier, materi dan pekerjaan dibandingkan pernikahan. Nope. We're not like that. Kami menganggap pernikahan, karier, pekerjaan adalah sesuatu yang sama-sama penting. Saat ini kami hanya menjalani apa yang ada di depan mata terlebih dahulu. Jika pada akhirnya kami lebih banyak memikirkan pekerjaan dan karier, mungkin karena itulah yang bisa kami pikirkan saat ini. Karena kami belum harus berkecimpung dengan urusan domestik dan memikirkan semua itu.

Kalau kami selalu terlihat bahagia, lalu seharusnya seperti apa? Apa iya, kami harus selalu terlihat sedih sambil meunggu jodoh yang menjemput? Yang boneng aja Buu? Pria mana juga yang mau mempersunting perempuan yang selalu cembetut? Mungkin bagi orang lain, hidup kami ini kurang, karena kami belum menemukan jodohnya. Tapi apakah kami harus terlihat bersedih, terlihat tak bahagia? Keceriaan dan kebahagian yang terlihat dari luar seharusnya tidak menjadi judgement mereka terhadap kami.

Selain itu memilih jodoh itu nggak seperti memilih gadget yang "aku suka, aku punya uang, maka aku memilikinya". Jika memilih jodoh seperti itu, maka lebih baik aku tak pernah berjodoh dengan siapa pun. Karena memilih jodoh itu menyatukan dua hati (hoek cuih). Kadang hati kita telah memilih tapi si dia tidak. Kadang hati mereka memilih kita, tapi kita tak pernah memiliki rasa sedikit pun.

Tentang menikah, tentang menemukan jodoh, menurutku tidak pernah mudah, terutama bagi orang-orang yang berniat menikah sekali seumur hidup. Memilih jodoh tidak sesimpel memilih gadget (milih BB aja rempong Buu, apalagi memilih pasangan) yang jika sudah bosan atau rusak bisa diganti dengan yang baru. Tentunya kita menginginkan jodoh yang ideal menurut kita, yang bisa menerima kita apa adanya, yang bisa memberi kita kebahagiaan selamanya. Untuk menemukan seseorang seperti itu, kadang kita butuh waktu. Dan waktu yang dibutuhkan oleh satu orang dengan orang lainnya berbeda. Menemukan jodoh tidak berhubungan dengan umur. Dan menemukan jodoh lebih dulu bukan berarti mereka memiliki kehidupan yang lebih bahagia.

*ditulis saat pikiran masih normal dan tidak sedang galau, tapi hanya gatel pada judgment yang orang-orang berikan pada high qualiti jomblo yang tak kunjung menikah. Semoga bisa jadi perenungan bersama (nyari ember muntah)