February 27, 2015

Malam Hari H

Besok adalah hari terakhir aku ngantor ke Leutika. Sangat khawatir kalau aku menangis. Mau ditaruh di mana gengsiku yang setinggi langit ini? Wkwkwkwkw... Yang lebih menyebalkannya lagi, si Nita niat banget ingin membuatku menangis. Bahkan sudah berlangsung sejak beberapa hari yang lalu. Entah apa modusnya, tapi sepertinya dia akan bahagia sekali jikalau aku menangis tersedu sedan di hari terakhir aku di Leutika.

Semoga dalam hal ini Allah membantuku. Aamiin. 

Love
Perempuan cantik ;)

February 18, 2015

#30HariMenulisSuratCinta day 18: Apa kabar Galau?

Dear Galau

Ini adalah 10 hari menuju hari H, dan masih saja kamu datang. Padahal semua adalah keputusan bersama. Semua sudah dipikirkan masak-masak, demi masa depan yang lebih baik. Demi mengusir dirimu yang hadir harian karena pekerjaan yang mulai membosankan. Lalu  kenapa kamu masih sering datang? dengan lebih intensif. Aku tidak tahu lagi bagaimana lagi aku harus mengusirmu?

Hay galau,
Kapan kamu tidak akan datang lagi? Kapan kamu malas mengujungiku?
Beritahu aku caranya, supaya aku bisa melakukan sesuatu.


Sincerely
Brain

Gambar diambil dari sini
Sumber gambar http://shoutussalam.com/2013/04/penelitian-galau-dapat-menular-awas-jangan-share-status/ judul [Penelitian] Galau Dapat Menular. Awas! Jangan Share Status Galau. Didonload tangal 18 Februari 2015, pukul 15.24.

February 17, 2015

Ada Apa dengan Kapan Menikah?

Waktu lagi santai-santai mengurusi fanspage-ku Lusi mengirimiku link yang isinya artikel yang cukup menggelitik. Coba aja cuss ke sini, yang judulnya adalah 'Ibu, Tolong Aku. Lindungilah Aku dari Pertanyaan “Kapan Menikah?"' Bagi orang dewasa pertanyaan ini memang benar-benar mengusik ketenangan. Jika sedang dalam keadaan yang tidak baik, hal ini bisa menusuk ke sanubari dan membuat kita menangis seperti anak kecil yang dibilang jelek,  seperti anak kecil yang diejek namanya, atau anak kecil yang tidak diajak bermain. 

Saat kita masih kecil, batasan yang menyakitkan hati dan tidak, batasan antara jahat dan baik itu sangat jelas, bisa diterima semua orang. Ibu kita, saudara kita, teman kita, ibu teman kita, tahu bahwa mengatakan jelek, mengejek teman, tidak mengajak teman yang lain bermain adalah hal yang menyakitkan hati bagi orang lain. Hal ini  dilarang oleh semua orang, hal yang kita sepakati bersama sebagai sesuatu tidak boleh kita lakukan. Tidak boleh kita lakukan karena itu membuat orang lain merasa tidak nyaman, merasa direndahkan.
Gambar diambil dari sini

Sayangnya ketika kita dewasa, batasan-batasan ini menjadi kabur. Batasan mana kata-kata yang bisa manyakiti hati orang lain, yang bisa merendahkan keberadaan orang lain menjadi tidak jelas. Entah tidak jelas, entah kita yang tidak bejalar untuk mengetahuinya. Bahkan dalam norma-norma yang berlaku dalam masyarakat kita, kita tidak diajari bahwa menanyakan “kapan nikah?” pada orang lain yang belum tahu kapan dia akan menikah adalah hal yang tidak sepatutnya dilakukan. Iya, tidak patut karena ini bisa menyakiti orang yang kita tanya. Menanyakan “kapan lulus?” “kapan punya anak?” adalah pertanyaan basa-basi yang sesungguhnya sangat tidak perlu untuk ditanyakan. Bahkan kita tidak pernah dimarahi oleh orang tua kita, karena menanyakan hal itu pada orang lain. Kakak kita juga tidak pernah menegur kita, ketika kita melakukannya. 

Rasa sakit yang dirasakan oleh orang-orang yang ditanya "kapan menikah" pun tidak bisa dipahami oleh semua orang. Bahkan kita tidak bisa mengadu pada orang tua kita, karena telah disakiti dengan cara demikian.


Membaca tulisan itu membuatku sadar, apa yang salah dengan pertanyaan "kapan menikah?" kenapa hal ini bisa sangat menyakitan bagi kebanyakan orang yang belum menikah? Jika hal ini begitu menyakitkan kenapa tidak semua orang memahaminya? Lalu kenapa dalam budaya kita, kita tidak pernah diajari untuk tidak pernah menanyakannya pada orang lain? Lalu benarkan pertanyaan "kapan menikah?" ini hanya menjadi basa-basi bagi orang yang bertanya, tanpa bermaksud untuk menyakiti pihak lain? Apakah tidak ada unsur kesengajaan untuk merendahkan pihak lain?
Gambar diambil dari sini
Sumber gambar:
"Kapan Nikah? atau Sudah Punya Abnak Berapa?" https://mosyaf.wordpress.com/2014/07/29/kapan-nikah-atau-sudah-punya-anak-berapa/ diambil tanggal 17 Februari 2015, jam 15.50
"Kapan Nikah" http://rizqoo.blogspot.com/2013/06/kapan-nikah-eaa.html diambil tanggal 17 Februari 2015 jam 15.52

#30HariMenulisSuratCinta day 17: Terima kasih

Dear #30HariMenulisSuratCinta,

terima kasih karena engkau ada. Memang sudah sangat terlambat bagiku untuk menulis surat untukmu. Yang lain sudah memulai sejak 16 hari yang lalu, dan aku baru memulainya hari ini. Namun terlambat lebih baik kan dari pada tidak sama sekali kan?

Mulai hari ini aku akan mengikutimu, menulis surat cinta untukmu, emmm, bukan untukmu juga sih. Namun untuk yang lain, demi dirimu. Terima kasih karena engkau ada, sehingga aku memiliki semangat untuk mengisi blogku lagi. Meski aku terlambat, semoga Engkau tidak menolakku.

^^

Aku yang Dulu

Aku yang dulu sangat memahamimu. Aku yang dulu sangat mengerti dirimu. Aku yang akan dengan bahagia menterjemahkan tingkahlakumu untuk orang lain. Iya, kamu susah dipahami untuk orang normal. Mungkin kita sama-sama tak normal itu kenapa aku bisa memahamimu dengan baik.


Sekarang, aku tak mau memahami. Saat ini aku tak mau berurusan dengamu. Iya, aku tidak mau, karena aku sedang menjaga diri. Aku tak ingin sakit lagi. Bukan karena aku masih menyayangimu, bukan karena aku masih mencintaimu. Tapi bagaimana pun rasa itu telah menodai apa yang dulu kita sebut sebagai persahabatan. Bagaimana pun, kita tak akan pernah melupakan hal itu. Bagaimana pun, engkau akan tetap jumawa mengenai hal itu. Dan bagaimana pun aku akan tetap merasa kerdil akan hal itu. 


Lalu demi menjaga gengsiku yang sangat tinggi, akan kutunjukkan padamu bahwa semua itu sudah tak berarti lagi bagiku. Bahwa engkau sama sekali tak ada artinya bagiku. Aku tak membutuhkanmu baik sebagai seorang lelaki, maupun sebagai seorang sahabat. Bahwa temanku tak hanya kamu saja. Apakah aku bisa? Sangat bisa. 


Sayangnya satu hari dari sekian ratus hari, kadang aku pun merindukanmu. Merindukan persahabatan kita. Merindukan memahamimu atau menterjemahkan apa yang sedang kamu alami. Tapi aku terlalu takut semua itu engkau salah artikan lagi. Takut engkau akan jumawa lagi. Iya, jumawa. Bukankah itu salah satu sifatmu? Aku malas menghadapi semua itu. Karena bagaimana pun, kita tak akan pernah melupakan kejadian itu. Lalu aku lebih memilih mencari kebahagian dari persahabatan yang lain. 

Gambar diambil dari sini

Sumber foto: Friendship, didownload jam 11.53 tanggal 17 Februari 2015 http://www.santabanta.com/wallpapers/friendship/?page=4